Andil BMKG Dalam Intensifikasi Pemahaman Informasi Cuaca & Iklim Pada Sektor Pertanian

Dalam upaya memenuhi ketahanan dan keamanan pangan, diperlukan pengembangan sistem pertanian di Indonesia. Pemahaman terhadap kondisi cuaca dan iklim memegang peranan penting dalam sektor pertanian. Iklim merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman (Setiawan, 2009). Unsur-unsur iklim yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman meliputi radiasi matahari, curah hujan, suhu dan kelembapan udara, serta arah dan kecepatan angin (Suryanto, 2019).

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor iklim dan cuaca tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai lembaga pemerintah yang bertugas di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika, memberikan akses informasi kepada masyarakat, termasuk petani, melalui berbagai aplikasi, salah satunya adalah Info BMKG. Informasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, terutama kebutuhan informasi cuaca dan iklim. Selain itu, BMKG juga aktif mengoptimalkan sosialisasi kepada para penyuluh pertanian (PPL) dan petani melalui pelatihan dan kegiatan lainnya. Dalam melaksanakan sosialisasi ini, BMKG menjalin kerja sama dengan instansi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta pihak-pihak lainnya.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak petani yang mengalami kesulitan dalam mengakses dan memahami aplikasi tersebut karena informasi yang disajikan bersifat umum untuk berbagai sektor. Sulitnya memahami informasi cuaca dan iklim ini berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaian informasi (Fadlan et al., 2022). Dalam praktiknya, petani cenderung lebih mengandalkan kearifan lokal dalam menentukan waktu tanam dan varietas tanaman. Akan tetapi, perubahan iklim yang terus terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, menyebabkan cuaca dan iklim menjadi semakin sulit diprediksi. Kondisi ini membuat kearifan lokal tidak lagi cukup untuk memberikan petunjuk yang akurat mengenai waktu tanam dan varietas tanaman yang sesuai.

Oleh karena itu, diperlukan langkah terobosan untuk mengatasi permasalahan ini. Peningkatan pemahaman masyarakat mengenai peran cuaca dan iklim terhadap pertumbuhan tanaman perlu dilakukan melalui intensifikasi literasi serta layanan informasi cuaca dan iklim yang difokuskan pada sektor pertanian. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) (Juanda, 2015; Kaimuddin et al., 2018).

Sekolah Lapang Iklim (SLI) bertujuan untuk meningkatkan pemahaman informasi iklim bagi penyuluh pertanian dan kelompok tani dalam memanfaatkannya untuk kegiatan bercocok tanam. Program ini diselenggarakan secara berkelanjutan agar dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian sekaligus membantu mengantisipasi variabilitas iklim dan dampak iklim ekstrem di wilayah masing-masing. Penerapan SLI pada komoditas jagung, misalnya, telah menunjukkan hasil rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program SLI (Ramadhani et al., 2018). Sementara itu, pada komoditas padi, kegiatan serupa seperti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kabupaten Tana Tidung berhasil meningkatkan produktivitas padi dari 893 kg/ha menjadi 1.270 kg/ha (Mulyani and Jumiati, 2014). Menurut (Novela et al., 2012), SLI juga mampu meningkatkan pemahaman petani terhadap informasi iklim, baik secara kognitif maupun afektif.

   

SLI merupakan pendekatan pemberdayaan petani dan petugas penyuluh lapang (PPL/POPT) agar mampu memahami dan memanfaatkan informasi iklim secara efektif untuk mendukung kegiatan pertanian. Melalui kegiatan SLI, diharapkan program peningkatan pemahaman informasi iklim yang diterbitkan BMKG dapat terlaksana dengan baik sehingga PPL/POPT dan petani dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk mendukung pertanian mereka. Selain itu, langkah antisipasi terhadap cuaca atau iklim ekstrem juga dapat dirancang. Pembaruan kegiatan SLI dalam bentuk tematik diharapkan mampu memaksimalkan pendampingan kepada petani dalam memahami informasi yang disediakan oleh BMKG.


Efektivitas SLI dalam meningkatkan pemahaman informasi iklim bagi PPL/POPT, petani, dan pihak-pihak terkait, baik dari pemerintah maupun swasta, menjadi tantangan sekaligus harapan. Jika SLI tidak berjalan efektif, maka program ini tidak akan memberikan nilai tambah bagi para pengguna, yang pada akhirnya dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap informasi dari BMKG. Sebaliknya, jika SLI mampu berjalan sesuai harapan, BMKG secara tidak langsung telah menciptakan jaringan informasi iklim informal yang efektif dan andal untuk mendukung keberhasilan sektor pertanian.

Author: Dwiki Anugerah Atmojo

DAFTAR RUJUKAN
Fadlan, A., Safril, A., Veanti, D.P.O., Nugraheni, I.R., Septiadi, D., Harahap, D., Nuraini, N., 2022. Pengetahuan Tentang Iklim dan Cuaca Untuk Kemajuan Pertanian di Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Juanda, B.R., 2015. Antisipasi Perubahan Iklim Melalui Pengelolaan Lingkungan Pertanaman Untuk Produksi dan Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Jurnal Penelitian Agrosamudra 2, 61–70.
Kaimuddin, Rafiuddin, Musa, Y., 2018. Pembinaan Usahatani Sistem Pertanian Terpadu (Tanaman-Ternak) Berbasis Padi Melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI). Jurnal Dinamika Pengabdian 4, 64–71. https://doi.org/10.20956/jdp.v4i1.5282
Mulyani, S.I., Jumiati, dan E., 2014. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Pendekatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. AGRIFOR 13, 75–84. https://doi.org/10.31293/af.v13i1.551
Novela, D., Suandi, Farida, A., 2012. Perilaku Petani Terhadap Program Sekolah Lapang Iklim (SLI) dalam Usahatani Padi Sawah (Kasus di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci dan Desa Koto Panap Kecamatan Tanah Kampung Kota sungai Penuh). Jurnal Ilmiah Sosio-Ekonomika Bisnis 15. https://doi.org/10.22437/jiseb.v15i2.2759
Ramadhani, R., Komariah, K., Sumani, S., Ariyanto, D.P., 2018. Implementasi Sekolah Lapang Iklim dan Dosis Pupuk Terhadap Karakter Kimia Tanah dan Hasil Jagung. Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 20, 50–55. https://doi.org/10.20961/agsjpa.v20i2.20948
Setiawan, E., 2009. Kajian hubungan unsur iklim terhadap produktivitas cabe jamu (Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi 2, 1–7.
Suryanto, A., 2019. Pola tanam. Universitas Brawijaya Press.

 

Scroll to Top