Pengaruh Kondisi Iklim terhadap Arsitektur Suatu Bangunan
Pengaruh iklim bagi arsitektur bangunan dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya adalah dari segi bentuk arsitektur dan bahan bangunan. Perancangan arsitektur bangunan seharusnya memperhatikan keselarasan dan kesesuaian antara kebutuhan manusia dengan kondisi lingkungan sekitar, alam bahkan cuaca maupun iklim yang ada di suatu wilayah. Seiring dengan hal tersebut, pemilihan bahan / material bangunan dan penggunaan teknologi bahan pada suatu bangunan diharapkan agar alami dan tidak memberikan dampak negative terhadap kelestarian alam dan habitatnya serta keberlangsungan hidup makhluk yang ada di sekitarnya. Arsitektur yang berupa bangunan dan lingkungannya yang dibangun untuk mampu menjawab kebutuhan manusia dan mengangkat derajat hidup manusia menjadi lebih baik, sehingga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kebudayaan mausia dan perbedaan iklim yang ada di wilayah tersebut. Arsitektur merupakan buah dari budaya yang dikembangkan oleh masyarakat secara terus menerus (Rapoport, 1969). Arsitektur bangunan yang menyesuaikan diri dengan alam dan iklim sangat banyak dijumpai di permukaan bumi yang tersebar di berbagai wilayah pembagian iklim. Bangunan tersebut masih tetap eksis / bertahan hingga sekarang atau terjaga sustainabilitasnya. Salah satu indikator keberhasilan bangunan dalam menjaga keberadaannya adalah pemakaian energi yang efisien atau hemat (Imran, 2013). Dalam proses perancangan arsitektur pengaruh iklim dipusatkan pada aspek kenyamanan manusia pada suatu bangunan dimana aktifitasnya terlaksana. Aspek-aspek tersebut adalah (Irfandi, 2009) Radiasi matahari Pergerakan udara Kelembaban udara Curah hujan Suhu udara rata-rata Faktor-faktor yang mempengaruhi pada perancangan arsitektur ditinjau dari iklim antara lain: Orientasi bangunan terhadap lintasan matahari, angin, dan sistem jalur jalan. Karakteristik material bangunan terhadap iklim. Penerangan sekeliling bangunan. Letak, luas permukaan pada sisi bangunan. Tinggi bangunan. Prosentasi luasan penghijauan Prinsip dari desain arsitektur tentunya akan mempertimbangkan zona iklim yang berbeda-beda di bumi ini yang dapat ditinjau lebih lanjut sebagai berikut: Iklim Gurun Iklim gurun/kering memiliki ciri penguapan lebih besar daripada curah hujan sepanjang tahun, tidak ada surplus air juga sumber sungai permanen Prinsip desain arsitektur untuk iklim gurun berfokus pada: Mencegah panas: Memposisikan bangunan sedemikian rupa sehingga mengurangi paparan sinar matahari langsung pada dinding bangunan. Menggunakan material dengan kapasitas panas rendah dan reflektif terhadap panas, seperti batu bata ringan atau plesteran putih. Memanfaatkan angin malam yang sejuk dengan menciptakan ventilasi alami yang baik. Menyimpan panas: Menggunakan material dengan kapasitas panas tinggi, seperti batu alam, untuk menyerap panas di siang hari dan melepaskannya di malam hari. Meminimalkan luas permukaan luar bangunan untuk mengurangi kehilangan panas. Iklim Dingin Iklim dingin memiliki ciri bulan terdingin bersuhu di bawah -3 C, bulan terpanas bersuhu di atas 10 C. Tipe bangunan cenderung menahan panas, misalnya dengan memposisikan bangunan agar mendapatkan sinar matahari maksimal di musim dingin. Menggunakan material dengan kapasitas panas tinggi, seperti batu bata atau beton, untuk menyimpan panas. Melakukan isolasi yang baik pada dinding, atap, dan lantai untuk mencegah kehilangan panas. Iklim Sedang Iklim sedang memiliki ciri terdapat musim panas dan dingin, suhu rata-rata 10 C, suhu tertinggi di bawah 18 C dan di atas -3 c. Desain cenderung mampu beradaptasi ketika terjadi perubahan musim, seperti memposisikan bangunan agar mendapatkan sinar matahari maksimal di musim dingin dan terlindung dari sinar matahari langsung di musim panas. Memanfaatkan angin alami untuk mendinginkan ruangan di musim panas dan menghangatkan ruangan di musim dingin. Menggunakan kombinasi material dengan kapasitas panas tinggi dan rendah untuk mengatur suhu di dalam ruangan. Iklim Tropis Iklim tropis memiliki ciri curah hujan tahunan lebih besar dari penguapan tahunan, suhu bulanan rata-rata di atas 18 C, dan tidak ada musim dingin. Terdapat empat elemen penting dalam Arsitektur Tropis, diantaranya adalah: ⦁ Atap Atap merupakan bagian dalam sebuah bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan, selain itu juga atap berfungsi sebagai penambah estetik serta sebagai pelindung dari panas dan hujan (Furqon, 2016). ⦁ Ventilasi Ventilasi Alami adalah pergantian udara secara alami (tidak melibatkan peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara yang dikenal sebagai air conditioner atau AC). Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat, nyaman, tanpa memerlukan energi tambahan. Ventilasi Buatan adalah penghawaan yang melibatkan peralatan mekanik penghawaan buatan sering juga disebut dengan pengondisian udara. ⦁ Material Lokal Material yang digunakan pada bangunan arsitektur tropis ini merupakan material yang dapat menyesuaikan dengan iklim sekitar serta dapat “berbaur” dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat memberikan kesan menyatu dengan alam. ⦁ Teritisan Bangunan yang menggunakan konsep Arsitektur Tropis umumnya memiliki teritisan yang cukup lebar untuk meminimalisir tampias dari curah hujan dan kecepatan angin iklim tropis yang tinggi. Fungsi lain dari teritisan adalah sebagai peminimalisir sinar matahari langsung untuk masuk ke ruang-ruang agar tetap sejuk tanpa mengurangi kualitas pencahayaan.