Perubahan iklim yang terus melanda di dunia juga terjadi di Indonesia dalam 30 tahun kebelakang. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan nilai suhu udara dan curah hujan (Utami, 2019). Peningkatan suhu udara ini disebabkan oleh efek gas rumah kaca yang berawal dari masa revolusi industri (Pratama, 2019). Secara global, fenomena perubahan iklim telah mengarah pada peningkatan frekuensi kejadian ekstrem berupa banjir, kekeringan, dan gelombang panas. Selain itu, terdapat implikasi antara perubahan iklim terhadap thermal stress dan tingkat kenyamanan manusia (Wilson & Crandall, 2011). Kenyamanan ini tentunya akan bervariasi karena sifatnya yang subjektif dimana suhu udata menjadi salah satu faktor utama dalam mengukur kenyamanan termal.
Di sisi lain, perubahan iklim dan kenyamanan termal erat kaitannya dengan pariwisata. Hal ini didasarkan pada dampak iklim terhadap motivasi dan pemilihan destinasi para wisatawan (Steiger et al., 2022). Selain itu, daya tarik suatu tempat wisata juga dipengaruhi oleh perubahan iklim. Oleh sebab itu, terdapat peran signifikan oleh iklim terhadap keputusan pengunjung, waktu, dan tempat ketika berwisata di suatu tempat.
Berkaitan dengan sektor pariwisata, sektor ini sudah menjadi sektor terbesar di dunia dari segi ekonomi. Di Indonesia sendiri, sektor pariwisata menjadi sektor dengan urutan ke-4 terbesar dalam sumber devisa negara karena banyaknya keragaman budaya serta keindahan alam (Aliansyah & Hermawan, 2019). Pada tahun 2017. Sektor ini dapat melakukan transaksi sebanyak Rp 634 triliun dengan peningkatan sebesar 8.4% dibandingkan tahun sebelumnya (Badan Pusat Statistik, 2017). Oleh karena itu, sektor pariwisata akan memicu pertumbuhan ekonomi akibat bertambahnya lowongan pekerjaan serta munculnya UMKM disekitar tempat wisata sehingga pendapatan masyarakat sekitar akan meningkat.
Di Indonesia sendiri, destinasi wisata tersebar dari sabang sampai Merauke dengan keunikan tiap daerah berbeda-beda. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk menunjungi Indonesia. Salah satu daerah yang sering dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, yaitu Pulau Bali. Wilayah ini memiliki berbagai jenis wisata dari wisata alam, budaya, dan masih banyak lainnya. Selain itu, terdapat suatu daerah yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara karena budaya, yaitu Yogyakarta. Di tempat ini terdapat berbagai macam tempat wisata seperti wisata kuliner, sejarah, dan kesenian.
Setelah menarik benang merahnya, maka perlu adanya informasi mengenai tingkat kenyamanan iklim pada sektor pariwisata. Hal ini didapatkan melalui perhitungan empirik melalui berbagai indeks kenyamanan termal yang berbeda-beda seperti Holiday Climate Index (HCI), Humidity Index (Humidex), Temperature Humidity Index (THI), Tourism Climate Index (TCI), Heat index (HI), Discomfort Index (DI), dan lain-lain.
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam penentuan tingkat kenyamanan iklim suatu daerah termasuk di Indonesia. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan di Banjarmasin menggunakan metode HCI dimana kondisi tingkat kenyamanan termal berada pada kriteria bagus dengan rentang nilai indeks sebesar 54-70 (Noor et al., 2019). Selain itu, penelitian yang dilakukan pada salah satu dari 5 destinasi wisata super prioritas Indonesia, yaitu Borobudur telah dilakukan menggunakan metode TCI dimana kriteria nyaman terjadi pada bulan Juni sampai Agustus berdasarkan data klimatologi 2010-2019 (Hasanah et al., 2020). Akan tetapi, terdapat penelitian yang menyatakan daerah Aceh memiliki tingkat kenyamanan yang tidak nyaman berdasarkan metode Humidex dimana rentang nilai indeksnya berkisar antara 23.2°C -25.8°C (Siregar et al., 2020).
Oleh karena itu, untuk mengatasi tantangan tingkat kenyamanan iklim yang dipengaruhi oleh perubahan iklim diperlukan upaya strategis yang melibatkan berbagai pihak. Pertama, pengembangan sistem prediksi cuaca dan perubahan iklim secara lebih akurat perlu dilakukan untuk memberikan informasi yang relevan kepada wisatawan dan pengelola destinasi wisata. Kedua, penerapan adaptasi iklim melalui desain destinasi wisata yang ramah iklim, seperti penyediaan area teduh, fasilitas penyejuk udara, atau pengelolaan lanskap hijau dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan. Ketiga, edukasi kepada masyarakat lokal dan wisatawan terkait perubahan iklim serta dampaknya terhadap kenyamanan termal sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong perilaku yang lebih adaptif dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Keempat, inovasi dalam pengembangan indeks kenyamanan termal berbasis data terkini yang disesuaikan dengan kondisi lokal setiap destinasi wisata dapat menjadi alat yang efektif dalam mendukung perencanaan sektor pariwisata yang berkelanjutan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sektor pariwisata dapat terus berkembang tanpa mengorbankan kenyamanan dan keberlanjutan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Aliansyah, H., & Hermawan, W. (2019). Peran Sektor Pariwisata Pada Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Jawa Barat. Bina Ekonomi: Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, 23(1), 39–55. https://doi.org/https://doi.org/10.26593/be.v23i1.4654.39-55
Badan Pusat Statistik. (2017). Neraca Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS). Badan Pusat Statistik.
Hasanah, N. A. I., Maryetnowati, D., Edelweis, F. N., Indriyani, F., & Nugrahayu, Q. (2020). The Climate Comfort Assessment For Tourism Purposes In Borobudur Temple Indonesia. Heliyon, 6(12), e05828. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05828
Noor, A. B. S., Rakhmat, D. I., Khasanah, S. N., & Kurniawan, W. (2019). Pemanfaatan Informasi Holiday Climate Index (HCI) Dalam Sektor Pariwisata (Studi Kasus: Kota Banjarmasin). Tantangan Dan Peran Perguruan Tinggi Dalam Menghadapi Disrupsi Teknologi, 21–29.
Pratama, R. (2019). Efek Rumah Kaca Terhadap Bumi. Buletin Utama Teknik, 14(2), 120–126.
Siregar, D. C., Lubis, N. A.-Z., & Muhajir. (2020). Analisis Kenyamanan Termis Kota Banda Aceh Berdasarkan Temperature Humidity Index,Discomfort Index dan Humidex. Widyakala Journal, 7(1), 53–58. https://doi.org/https://doi.org/10.36262/widyakala.v7i1.296
Steiger, R., Knowles, N., Pöll, K., & Rutty, M. (2022). Impacts Of Climate Change On Mountain Tourism: A Review. Journal of Sustainable Tourism, 1–34. https://doi.org/10.1080/09669582.2022.2112204
Utami, D. N. (2019). Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Degradasi Tanah. Jurnal Alami: Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana, 3(2), 122–131. https://doi.org/https://doi.org/10.29122/alami.v3i2.3744
Wilson, T. E., & Crandall, C. G. (2011). Effect Of Thermal Stress On Cardiac Function. Exercise and Sport Sciences Reviews, 39(1), 12–17. https://doi.org/10.1097/JES.0b013e318201eed6